SUKSES NORWEGIA KEMBANGKAN MOBIL LISTRIK

SUKSES NORWEGIA KEMBANGKAN MOBIL LISTRIK

Norwegia menjadi negara paling sukses di Eropa dalam mengembangkan mobil listrik. Akhir tahun lalu, penjualan mobil listrik di sana, tumbuh 40%. Malah, mereka mencanangkan pada  2025 nanti hanya akan menjulan mobil listrik. Sebuah target ambisius dan tak main-main.

Di tengah tren penggunaan mobil listrik global, Norwegia, menjadi fenomena yang sangat menarik.  Negara Skandinavia yang tajir, tersebut terbilang sebagai salah satu negara paling sukses di Eropa dalam pengembangan mobil listrik. Sampai akhir 2018 lalu, berdasarkan data dari Norwegian Road Traffic Information (NRTI) seperti yang dilansir electrek.co, dari 147.929 kendaraan penumpang baru yang teregistrasi pada 2018 di negara tersebut, 31,2 %  merupakan kendaraan listrik. Malah kalau digabungkan dengan penjualan plug-in Hybrid di 2018, angkanya mencapai 49%.

Hal yang sama juga dilansir Kantor Berita reuters pada awal Januari 2019,  Federasi Jalan Independen Norwegia (NRF), menyebutkan pangsa pasar penjualan  mobil listrik di Norwegia pada 2018 tumbuh 31,2% dari penjualan 2017 yang sebesar 20,8% dan sebesar 5,5% pada 2013. Sementara, pihak NRF menyatakan, dari sisi pertumbuhan penjualan mobil listrik tersebut tumbuh 40% pada 2018.   Hal berbeda justru terjadi pada penjualan mobil berbahan disel dan bensin yang justru mengalami penurunan. 

Kondisi ini menurut Ketua NRF, Oeyvind Solberg Thorsen, merupakan langkah kecil untuk semakin dekat dengan target 2025, yakni target Pemerintah Norwegia untuk hanya menjual mobil bebas emisi pada tahun tersebut.  Hanya, menurutnya langkah menuju arah tersebut masih panjang, karena hampir dua per tiga dari 148.000 kendaraan yang terjual pada 2018 tersebut masih mobil berbahan bakar fosil atau hibrid.

Penjualan mobil listrik di Norwegia ini diakui oleh Badan Energi Internasional (IEA). Menurut IEA yang memasukan jenis mobil hybrid ke dalam penjualan mobil listrik, pada pangsa pasar mobil listrik di Norwegia sejak 2017 lalu sudah mencapai 39%. Angka pangsa pasar mobil listrik di Norwegia tersebut, jauh di atas Islandia di posisi kedua yang sebesar 12%, serta Swedia yang hanya 6% pada tahun tersebut. Sementara di China, pangsanya hanya 2,2% dan 1,2% di Amerika Serikat pada 2017.

Kendati mencanangkan target ambisus seiring dengan perkembangan mobil listrik yang luar biasa besar di negara tersebut, namun pihak Federasi Importir  Mobil Norwegia, melalui ketuanya, Erik Andresen, seperti dilansir reuters, menyatakan bahwa booming mobil listrik di Norwegia tersebut akan mengurangi pendapatan pajak di negara tersebut. Dengan demikian, menjadi pertanyaan mengenai upaya penarikan dana pemerintah melalui pajak di masa depan.

Target penjualan mobil listrik 100% pada  2025 memang masih kontroversi. Konsultan Institute of Transport Economics (ITE),  meragukan pencapaian target mobil baru bebas emisi pada 2025 dapat tercapai. Menurut Ekonom ITE, Lasse Fridstroem, target tersebut tidak mungkin dicapai.

Banyak orang yang masih tidak memiliki tempat parkir pribadi dan tidak akan mau membeli mobil plug-in jika mereka tidak dapat memiliki titik pengisian bahan bakar listrik di rumah mereka.  “Mungkin bisa mencapai 75 persen (pangsa pasarnya), asalkan keringanan pajak dipertahankan,”  terang Lasse.

Namun, pihak Asosiasi Kendaraan Listrik Norwegia (NEVA), kelompok lobi, memperkirakan pangsa pasar 100 persen pada 2025 itu layak ditetapkan.  “Kami tahu   akses pengisian listrik merupakan penghalang nyata dan ada juga risiko bahwa tidak cukup mobil tersedia,” kata kepala NEVA Christina Bu. Dia menambahkan bahwa beberapa pelanggan harus menunggu satu tahun atau lebih sebelum kendaraan listrik mereka dikirimkan.

Dari sisi merk kendaraan paling laris,  Mobil listrik Nissan Leaf yang telah diupgrade  menjadi mobil terlaris di Norwegia pada 2018. Lainnya adalah BMW dan Volkswagen,  hingga sedan ukuran penuh dan kendaraan listrik sport Tesla.

Dukungan Pemerintah

Pesatnya perkembangan penggunaan mobil listrik di Norwegia, tak lepas dari dukungan pemerintah negara tersebut.  Dikutip dari wikipedia, sejak era 1990-an, Pemerintah Norwegia secara aktif telah mendorong dan menerapkan kebijakan kendaraan bebas emisi sejak 1990. Semua kendaraan listrik  dibebaskan dari  semua biaya, termasuk pajak pembelian, dan PPN 25% untuk pembelian.

Kebijakan tersebut pada akhirnya memicu harga jual kendaraan listrik di Norwegia mampu bersaing dengan harga jual kendaraan konvensional.  Selanjutnya, sejak Juli 2013, pemerintah Norwegia juga melakukan pengurangan untuk mobil plug-in hybrid. Lalu, sejak April 2015, setelah target populasi kendaraan listrik sebanyak 50.000 unit mengaspal di jalanan negara itu tercapai, kebijakan insntif tersebut tetap dipertahankan hingga 2017. 

Baru, pada 2018, parlemen di Norwegia setuju untuk mulai mengurangi dan menghapuskan beberapa insentif yang diberikan.  Kebijakan selanjutnya adalah memberikan hak sepenuhnya bagi otoritas lokal di Norwegia dalam memutuskan apakah ada kebijakan parkir gratis dan penggunaan jalur transportasi umum bagi mobil listrik.

Kemudian, pada 2016, pemerintah Norwegia menyusun Rencana Induk Transportasi Nasional negara tersebut untuk 2018-2029. Salah satu yang ditetapkan dalam Rencana Induk Transportasi Nasional Norwegia, pada 2025 semua mobil baru, baik bus angkutan umum, maupun kendaraan komersil lainnya, harus berupa kendaraan bebas emisi.

Kebijakan bertahap dalam pengembangan mobil listrik di Norwegia, sejauh ini mampu  meningkatkan secara pesat jumlah mobil listrik di jalanan Norwegia.  Hanya di sisi lain,  sejumlah kritik tetap ada. Diantaranya, soal pemberian subsidi yang diangggap sangat tinggi kalau dibandingkan dengan nilai pengurangan karbon kendaraan listrik.

Kritik lain adalah potensi  kemacetan lalu lintas di beberapa jalur bus di Oslo, Norwegia, akibat meningkatnya jumlah mobil listrik yang mengaspal di negara itu. Belum lagi,  potensi kehilangan pendapatan bagi beberapa operator kapal feri karena banyaknya mobil listrik yang dibebaskan dari pembayaran. Ditambah lagi, semakin minimnya  ruang parkir  bagi pemilik mobil konvensional karena pemerintah akan lebih memrioritaskan  mobil listrik dibanding mobil konvensional di negara itu.

Melihat pengalaman Norwegia dalam mengembangkan mobil listrik, barangkali keberanian pemerintahnya dalam memberikan insentif, bisa dicontoh untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia. (Ananda Bintang – Transportasi Indonesia)

Tags News